|
|
Milisi Teroris Hagana Mengusir Warga Palestina dari Haifa, April 1948 |
Infopalestina: Pada awal Maret, Rabu (05/03) lalu, sekelompok pembesar rabi Yahudi mengeluarkan fatwa baru yang membolehkan militer Zionis ' Fatwa tersebut keluar hanya berselang dua hari setelah Zionis 'Israel' mengakiri periode pertama operasi militer besar yang mereka gelar di Jalur Gaza yang disebut sendiri oleh Menteri Pertahanan 'Israel', Ehud Barak sebagai ‘holocaust’. Operasi jahat ini sendiri menelan korban 137 syahid, mayoritasnya dari warga sipil dan melukai lebih dari 370 orang. Fatwa kontroversial ini dikeluarkan oleh Ikatan Rabu Tanah ' Pada tahun 2000 ketika meletus intifadhah al Aqsha, Rabbi (Hakom) Yahudi Ovadia Yosev meminta Israel menembakan rudal ke arah para demonstran dan kota-kota mereka. Dia melandasi seruannya ini dengan mengatakan bahwa Tuhan telah menciptakan kejahatan dan menciptakan bersamanya Arab sebagaimana disebutkan kitab Talmud. Jika memerangi kejahatan adalah wajib untuk membasmi keberadaannya maka demikian juga memerangi Arab. Sebelum seruan langsung untuk melakukan pembasmian manusia ini, Hakom (Yosev) mengucapkan belasungkawa kepada PM Israel kala itu, Ehud Barak, atas upayanya melakukan perdamaian dengan orang-orang Palestina di Camp David bersama Arafat dan Clinton. Dia mengatakan, sesungguhnya orang yang melakukan perdamaian dengan ‘bangsa ular’ (orang Yahudi menyebut orang-orang Palestina dengan istilah afa’i/ular, red) maka telah kehilangan akal dan kelayakan. Sebelumnya, di tahun 80-an Jenderal Rafael Eitan, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, tahun 1983, mengeluarkan pernyataan terkenal, “Kami akan mengumpulkan (orang-orang) Arab dalam botol agar mereka memakan satu sama lain seperti kelelawar-kelelawar beracun.” Dalam perang 1967, para komandan perang Pembantaian yang paling masyhur dan pertamakali dikenal kalangan media dan intelektual Arab adalah pembantaian Deir Yasin yang terjadi pada April 1948, yang melibatkan geng teroris zionis “Hagana”, “Irgun” dan "Stern" dalam penyerbuan desa al Musalamah dengan melakukan pembantaian terhadap kaum wanita dan anak-anak, yang dilakukan dari jarak dekat. Meskipun riset pada sumber-sumber sejarah menjelaskan bahwa pembantaian yang paling dahulu dan yang pertama dilakukan Zionis Israel terhadap warga sipil Palestina telah terjadi pada 1919 bertepatan pada perayaan hari raya Nabi Musa. Saat itu, seorang pendiri sayap kanan gerakan Zionis yang masih berada di bawah komando pasukan Hagana, Vlandemir Gabotinsky bersama sejumlah serdadunya masuk ke pelataran masjid al Aqsha. Mereka menyebar dan langsung melepaskan tembakan senjata otomatis ke arah jama’ah shalat. Lebih dari seratus jama’ah tersungkur antara gugur dan terluka. 60 Tahun Pembantaian Deir Yasin Pada malam 9 April, 1948, 60 tahun yang lalu, penduduk Deir Yassin terbangun karena perintah “mengosongkan desa” yang disuarakan oleh pengeras suara. Sebelum mereka mengerti apa yang tengah terjadi, mereka telah dibantai. Penyelidikan Palang Merah dan PBB yang dilakukan berturut-turut di tempat kejadian menunjukkan bahwa rumah-rumahnya pertama-tama dibakar lalu semua orang yang mencoba melarikan diri dari api ditembak mati. Selama serangan ini, wanita-wanita hamil dicabik perutnya dengan bayonet, hidup-hidup. Anggota tubuh korban dipotong-potong, lalu anak-anak dihantam dan diperkosa. Selama pembantaian Deir Yassin, 52 orang anak-anak disayat-sayat tubuhnya di depan mata ibunya, lalu mereka dibunuh sedang kepalanya dipenggal. Lebih dari 60 orang wanita terbunuh lalu tubuh-tubuh mereka dipotong-potong. Total korban pembantaian Deir Yasin sebanyak 254 orang meninggal. Tidak puas hanya dengan pembantian, para teroris lalu mengumpulkan seluruh perempuan dewasa dan remaja yang masih hidup, menanggalkan seluruh pakaian mereka, membaringkan mereka di mobil terbuka, membawa mereka sepanjang jalan daerah Yahudi di Yerusalem dalam keadaan telanjang. Jacques Reynier, perwakilan Palang Merah Palestina pada saat itu, yang melihat potongan-potongan mayat selama kunjungannya ke Deir Yassin pada hari serangan itu, hanya bisa berkata, “Keadaannya sungguh mengerikan." Selama diadakannya serangan, 280 orang Islam, di antara mereka wanita dan anak-anak, mula-mula diarak di sepanjang jalan lalu ditembak seperti menjalani hukuman mati. Sebagian besar wanita yang masih remaja diperkosa sebelum ditembak mati, sedangkan remaja pria ada yang dikebiri kemaluannya. Pembantaian ini adalah sebagian dari lusinan pembantaian yang terdokumentasikan terhadap rakyat Palestina oleh milisi-milisi teror Zionis yang bertujuan hendak mengubah Palestina menjadi sebuah negara Yahudi. Aksi-aksi teror Zionis seperti di Deir Yassin telah memicu pengusiran massal orang Palestina. Bagi bangsa Palestina, Deir Yassin adalah simbol hilangnya tanah tumpah darah mereka dan kehancuran masyarakat mereka, sebuah situasi yang terus berlangsung hingga hari ini. Ketika Israel mendeklarasikan diri pada Mei 60 tahun lalu, lebih daripada 700000 rakyat Palestina diusir sementara 78 persen tanah historis Palestina lenyap dan berubah nama menjadi “Israel”. Dewasa ini, kaum pengungsi Palestina nyaris berjumlah 4 juta orang, di luar populasi keseluruhan bangsa Palestina yang mendekati angka 10 juta. Sementara kaum pengungsi lain dari berbagai belahan dunia bisa kembali ke tanah air mereka, hak pulang kaum pengungsi Palestina hingga detik ini masih dirampas secara internasional. (seto) |
Wednesday, September 17, 2008
60 Tahun Pembantaian Deir Yasin
Lembaran Hitam Terorisme Israel Menghabisi Keluarga Palestina
|
“Mereka menumpas keluargaku.” Ungkapan pendek inilah yang terlontar dari mulut Ahmad Abu Mu’tiq, suami dan ayah dari seorang ibu dan 4 orang bocah yang menjadi korban pembantaian berdarah Israel yang menewaskan 8 warga Palestina. Beberapa tahun setelah anak pertamanya menjadi korban pembunuhan pasukan penjajah Zionis Ketika menyaksikan jasad istri dan keempat anaknya hendak dimasukan ke liang lahad, Abu Mu’tiq hanya bisa meletakan kedua tangannya di kepalanya sambil mengulang-ulang kalimat: “hasbunallahu wani’mal wakil, laa haula walaa quwata illa billah”. Bibirnya kelu dan hatinya sedih. Yang dia ingat, saat itu istri dan keenam anaknya tengah bersantap makan pagi ketika rudal-rudal Detik-detik Pembantaian Detail detik-detik pembantaian berdarah yang dilakukan pasukan penjajah Zionis PCHR menjelaskan rudal yang ditembakan pesawat tempur PCHR menjelaskan pecahan rudal menghancurkan pintu rumah dan berhamburan di dalamnya. Saat itu Maisar Muthaliq Abu Mu’tiq (40) bersama 6 anaknya tengah sarapan pagi di tempat yang berjarak 2 meter dari pintu rumah. Akibatnya, Maisar bersama 4 anaknya gugur. Mereka dalah Mus’id (1), Hana (3), Shaleh (5) dan Radina (4). Sementara itu dua orang anaknya yang lain terluka. Serangan ini juga mengakibatkan 10 orang warga lainnya terluka. PCHR mengungkapkan, anggota tubuh korban berserakan dan darah mereka berceceran di antara sisa-sisa makanan yang hendak mereka makan. Pemandangan ini menggambarkan betapa biadab pembantaian berdarah yang dilakukan penjajah Zionis Dalam kondisi yang sangat berbahaya, para tetangga korban mengevakuasi potongan tubuh dan jasad korban dengan gerobak ke rumah sakit terdekat sebab mobil-mobil tidak bisa digunakan karena tidak ada bahan bakar akibat blokade yang diberlakukan penjajah Zionis Setelah para wartawan bisa sampai ke lokasi yang mengambarkan realitas kejahatan Catatan Lembaran Hitam Kejahatan pembantaian yang dialami keluarga Ahmad Abu Mu’tiq oleh tangan-tangan pasukan penjajah Keluarga Atha Allah (6 Syuhada) Arsip intifadhah al Aqsha memuat sejumlah kejahatan penjajah Zionis Serangan ini menghancurkan total rumah korban dan menewaskan 6 anggota keluarga, 3 di antaranya wanita. Sementara itu 6 anggota keluarga lainnya terluka dan 2 lainnya dari kerabat korban, termasuk di dalamnya 4 orang bocah yang salah satunya baru berusia 2 hari. Keluarga Galia (7 Syuhada) Ini adalah pembantaian berdarah di pantai Keluarga Abu Salamia (9 Syuhada) Pembantaian keluarga Abu Salamia terjadi pada 12 Juli 2006. Ketika itu pesawat pembunuh Israel F 16 menjatuhkan bom seberat satu ton ke rumah keluarga Dr. Nabiel Abu Salamia, di kampong Syaikh Ridwan di Keluarga Abu Mathar (7 Syuhada) Pembantaian keluarga Abu Mathar terjadi dalam operasi pembunuhan terhadap Komandan Umum Al Qassam, Syaikh Shalah Syahadah, pada 22 Juli 2002 lalu. Saat itu pesawat tempur Israel menjatuhkan bom seberat sato ton ke rumah Syaikh Shalah Syahadah dan mengakibatkan 19 orang gugur, termasuk 7 anggota keluarga Abu Mathar yang tengah berkunjung ke rumah korban. Aksi ini berhasil menewaskan Komandan Umum al Qassam Syaikh Shalah Syahadah. Puluhan orang lainnya terluka. Dan akhirnya, keluarga Abu Mu’tiq dan keluarga-keluarga Palestina lainnya adalah contoh kebiadaban terorisme sistematis yang dilakukan penjajah Zionis |